Artikel ini dibuat oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen
KORANPELITA.CO – Mulai kemarin malam, Minggu (22/06/25) setelah pukul 19-an, aplikasi WA (WhatsApp) di HP saya tak henti-hentinya mengeluarkan notifikasi pesan masuk yang inti isi WA-nya menanyakan Benarkah isi berita yang dimuat di media online CeriNews.id yang berjudul “Ada apa dengan Mantan Wakil Menteri Desa Terkait Kasus Dugaan Ijazah Palsu JkW”.
Tidak heran karena isi berita tersebut berasal dari Pemerhati Intelijen, Bp Sri Rahardja Chandra (SRC) MBA, yang memang sehari sebelumnya (Sabtu, 21/06/25 pukul 23.35 WIB) mengirimkan sebuah Dokumen berformat MS-Word (*.DOC) kepada saya melalui Attachment WA yang berjudul “Bukti baru Dugaan Otak Dibalik Pembuatan Ijazah Palsu JkW”. Dokumen sepanjang 2 (dua) halaman tersebut sementara belum akan saya buka detail isinya kepada media, namun intinya sangat clear menjelaskan detail apa dan bagaimana sosok Profesor “P” lengkap dengan track-record dan keterkaitannya yang sangat jekas dengan UPP alias “Universitas Pasar Pramuka”.
Dijelaskan oleh Bp SRC bagaimana masa lalu yang kelam dari Profesor ini, termasuk hobbynya minum minuman keras dan bermain Budi (senada dengan sosok yang digantikannya, Judi Arie, saat masih menjadi Wamendes : Wakil Menteri Desa) sebelum akhirnya Judi Arie tersebut kini lagi H2C alias “Harap-harap Cemas” karena diduga terkait dengan kasus Budi Online dan sangkaan Korupsi PDNs/Pusat Data Nasional sementara di Kemkominfo/ Kementerian Komunikasi dan Informatika saat itu.
Ada kemiripan antara Judi Arie dengan Profesor “P” ini selain soal track-record yang kelam diatas, keduanya termasuk dalam Relawan JkW hanya beda gerombolannya. Judi Arie di “ProJOL”, sedangkan Profesor ini di “Sedulur JkW”. Meski beda nama tapi relatif 11-12, karena biasanya kemudian masa depan anggota gerombolan tersebut mendapatkan banyak sekali previledge, mulai dari jabatan komisaris yang diobral di era rezim itu, sampai posisi-posisi strategis (Direktur, Stafsus, Tenaga Ahli-ahlian dsb) dan dibayar menggunakan uang rakyat, salah satu modus mereka untuk mengeruk keuangan negara yang sangat tidak profesional sama sekali, Terwelu!
Oleh karenanya jangan heran bahwa status sosial-ekonomi para anggota gerombolan tersebut biasanya mengalami mobilitas vertikal yang sangat cepat, tak heran sampai media mainstream menuliskan perubahan kehidupan Profesor “P” ini dengan judul “Profil PR dari Tukang Sapu, Ketum Relawan JkW kini Wamendes”. www.kumparan.com/amp/kumparannews/profil-paiman-raharjo-dari-tukang-sapu-ketum-relawan-jokowi-kini-wamendes-20o1DuMn3QU atau juga di media lain kabar24.bisnis.com/read/20231031/15/1709643/profil-wamendes-paiman-raharjo-mantan-tukang-sapu-hingga-ketum-relawan-jokowi
Begitu menerima dokumen dari Bp SRC itulah saya kemudian ingat peristiwa yang terus terang kurang nyaman, dimana 1,5 bulan lalu ada WA yang mendadak saya terima dari Profesor “P” ini, tepatnya hari Senin (06/05/25) pukul 07.41 WIB dan memang tidak pernah saya ungkap kemanapun, karena terus terang saya abaikan alias tidak saya reply dan tidak juga diianggap penting. Apalagi memang benar isinya terkesan “mengintimidasi” meski kalimat awalnya (sok) menggunakan kata “sahabat” dan menyampaikan “saran” soal Kasus Ijazah Palsu JkW.
Isi WA dari Profesor “P” ini kemudian saya teruskan kepada Bp SRC untuk dilakukan sinkronisasi kronologi terkait dokumen yang beliau kirim, dimana memang akhirnya menjadi terungkap mengapa Profesor tersebut harus (repot-repot) “mengintimidasi” saya untuk tidak meneruskan lagi upaya penelitian dan pengungkapan kasus yang sangat heboh dan memalukan bagi Negara ini, yakni soal Ijazah Palsu JkW. Apalagi melihat rekam jejaknya yang ditulis dalam contoh dua media diatas (Kumparan dan Bisnis Indonesia) ternyata Profesor “P” ini disebut benar pernah memiliki usaha fotocopy dan percetakan diseputaran UPP Salemba yang sedang viral itu.
Kronologi soal UPP ini jadi makin bersesuaian dengan apa yang diungkap sebelumnya oleh Kader Senior PDIP Bambang Beathor Suryadi (BBS) yang sudah mengerucut kepada dua nama yang paling bertanggungjawab memesannya, yakni Widodo dan Denny ke UPP (Universitas Pasar Pramuka) yang bisa jadi ada kaitannya dengan usaha fotocopy dan pengetikan milik Profesor “P” ini. Maka dari itu kini menjadi masuk akal kenapa WA tertanggal (06/05/25) yang saya terima (dan tidak saya jawab) dari Profesor itu adalah salah satu usaha menutupi keterkaitan antara oknum-oknum yang bertanggungjawab terhadap lahirnya ijazah palsu versi UPP yang tidak identik apalagi otentik dengan keluaran resmi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang Asli tahun 1985 itu.
Oleh karenanya sekali lagi saya menghimbau kepada Kapolri Jendral (Pol) Drs Listyo Sigit Prabowo untuk segera bisa mewujudkan janji PRESISI-nya yang barusan disampaikan minggu lalu dengan cepat menelusuri indikasi temuan proses pencetakan Ijazah Palsu di UPP ini, apalagi nama-nama (oknum) orang yang dimungkinkan terlibat makin cetar membahana alis cetha wela-wela dan masih ada semua. Termasuk juga Kapolri bisa membuka kembali hasil penangkapan dua orang yang disebut-sebut telah “diamankan” dari Operasi di UPP tersebut tahun 2015 silam dan juga hasil penyelidikan terhadap kebakaran (bisa jadi disengaja untuk menghilangkan BarBuk ?) di UPP ini tanggal (02/12/24) lalu.
Kesimpulannya, Kasus Ijazah JkW yang diduga palsu ini kian gempar karena makin terbongkar modus operandinya. Bisa jadi telah melibatkan banyak oknum tidak hanya dari pihak-pihak kemarin yang sudah disebut tetapi juga orang-orang di antartika, eh “Antar-kita” di posisi mereka. Sangat jelas diatas dugaan keterlibatan mantan pejabat negara, dalam hal ini diduga Wamendes Profesor “P” dalam sengkarut proses pencetakannya di UPP, belum lagi jika besok ada pejabat lebih tinggi lagi, bisa jadi sekelas menteri atau bahkan menko yang terlibat. Mereka sekarang mungkin masih bisa berkelit, tetapi sekali lagi kita selalu percaya Gusti Allah SWT tidak Sare, satu-demi satu akan dibukakan olehNya. (*)