Artikel ini dibuat oleh Muslim Arbi, Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
KORANPELITA.CO – Opsi saat ini bagi PDIP adalah mendorong Pemakzulan Jokowi. Pemakzulan Jokowi saat ini adalah langkah penyelamatan wibawa PDIP dan Megawati.
Jokowi itu bukan siapa – siapa. Jika tanpa Megawati siapa yang kenal Jokowi saat di Solo?.
Ketika dipungut dan dibawa ke Jakarta oleh Jusup Kalla dan Prabowo meyakinkan Megawati agar dapat dijadikan Gubernur DKI. Megawati pun luluh dengan permintaan Prabowo.
Akhirnya atas dukungan PDIP, Gerinda dan beberapa partai dukung Jokowi sebagai Gubernur DKI.
Megawati dan PDIP juga yang membuat Jokowi dapat menjadi Presiden 9 tahun hampir 2 periode.
Saat ini dari manuver Jokowi soal Capres. Dukungan Jokowi terhadap Prabowo dapat dianggap pengkhianatan terhadap PDIP dan Megawati karena PDIP telah dukung Ganjar sebagai Capresnya.
Sikap dukungan – dukungan beberapa kader PDIP seperti Budiman Sujatmiko dan Efendi Simbolon juga dianggap pengkhianatan terhadap PDIP.
Mengapa ada kader PDIP seperti Budiman Sujatmiko dan Efendi Simbolon mau mendukung Prabowo? Bisa jadi dua orang itu melihat pencapresan Ganjar oleh PDIP berakibat kegagalan untuk jadi Presiden 2024. Sehingga dengan demikian dua kader itu tinggalkan Ganjar dan beralih dukungan ke Prabowo.
Dukungan Jokowi terhadap Prabowo dan tidak berikan dukungan terhadap Ganjar. Dapat dianggap sebagai pengkhianatan sebagai Petugas Partai dan tentunya sikap ini membuat Megawati terluka.
Bagi Jokowi melukai Prabowo saat di Pilpres 2014 dan 2019 nampaknya menjadi biasa saja bagi mantan Walikota Solo ini. Tidak ada beban bahkan anehnya hari ini publik melihat Prabowo mengemis minta dukungan Jokowi sebagai Capres.
Saat ini setelah PDIP dan Megawati telah tetapkan Ganjar sebagai Capres, tetapi tidak mendapat dukungan oleh Jokowi nampaknya hal tersebut menjadi hal biasa saja bagi Jokowi.
Kalau pun Jokowi sakiti Prabowo dan sakiti Megawati hari ini bukan sesuatu yang luar biasa.
Surya Paloh yang setia dukung Jokowi hampir 10 tahun saja dengan mudah Jokowi acak-acak Nasdem. Hanya karena pilihan politik yang beda, Nasdem capreskan Anies Baswedan.
Airlangga Hartanto, Ketum Golkar dan Menteri yang setia terhadap Jokowi selama hampir 10 tahun di Kabinet Jokowi, dengan mudah diperiksa Kejaksaan Agung dalam kasus CPO yang terkesan di cari – cari itu. Kejaksaan Agung tidak akan periksa Airlangga tanpa izin Jokowi.
Kejaksaan Agung harus periksa Jokowi sebagai Presiden bukan periksa Menteri, karena tidak ada visi misi menteri, yang ada adalah visi misi Presiden.
Jadi potret Jokowi saat ini adalah bagaimana memperlakukan Prabowo di 2014 dan 2019. Dan sekarang memperlakukan Suraya Paloh, Airlangga Hartanto dan juga Megawati Soekarnoputri .
Megawati dengan PDIP, Airlangga Hartarto dengan Golkar, Prabowo dengan Gerindra dan Surya Paloh dengan Nasdemnya. Demikian juga Demokrat dapat menyambut desakan “Pemakzulan Jokowi”.
Lima Partai Besar itu: PDIP, Gerindra, Nasdem di tambah Golkar dan Demokrat sudah dapat memproses “Pemakzulan Jokowi” di DPR.
Jokowi tidak punya kekuatan apa-apa di Senayan. Megawati-PDIP, Prabowo-Gerindra, Surya Paloh-Nasdem, Airlangga-Golkar, AHY -Demokrat dapat memperlihatkan wibawa partainya. Sebagai kekuatan yang dapat memberhentikan Jokowi dan Jokowi tidak berdaya apa-apa.
Partai – Partai itu dapat mempertahankan wibawanya di hadapan Jokowi sehingga tidak mudah wibawa dan marwahnya tidak mudah di obok-obok dan dihancurkan oleh Jokowi yang bukan siapa-siapa.
Margonda, Depok: 29 Juli 2023. (***)
- HUT TNI ke-79, Berbeda Citra Positif di “Alam Nyata” dengan Komentar di “Jagad Maya” - 06/10/2024
- Ditpolair Baharkam Polri Amankan Pelaku Penyelundupan Ratusan Ribu Baby Lobster Senilai Rp 32,8 M - 04/10/2024
- Polda Jateng Berhasil Tangkap Tiga Orang Debt Collector Yang Resahkan Masyarakat - 03/10/2024