Ekonomi Inggris ‘Chaos’ Pound Pukul Hancur Perekonomian

LONDON, Koranpelita.co – Seperti banyak pengusaha kecil di Inggris, Harry Niazi, mengharapkan bantuan pemerintah untuk menjaga toko ikan dan keripiknya di London selatan, yang menghadapi tagihan energi yang meroket dan inflasi yang melonjak.

Tetapi rencana stimulus ekonomi yang diumumkan minggu lalu oleh pemerintahan baru Perdana Menteri Liz Truss, tidak membawa perbaikan dan jauh dari itu.

Bagi Niazi dan jutaan orang di seluruh Inggris, keadaan berubah dari buruk menjadi lebih buruk setelah janji pemotongan pajak besar yang tidak didanai memicu gejolak di pasar keuangan dan mengirim pound Inggris jatuh ke rekor terendah terhadap dolar AS minggu ini.

“Semuanya didasarkan pada kurs dolar, solar untuk kapal menangkap ikan, truk untuk mengirimkan produk kami, berdampak besar,” kata Niazi dari toko makanannya, Olley’s Fish Experience, dikutip dari abcnews.go.com, London, Jum’at (30/9/2022)

Penurunan mata uang Pound memukul banyak bisnis dengan keras karena bahan dan komoditas impor seperti gas alam yang dihargai dalam dolar Amerika akan lebih mahal. Bisnis kemungkinan akan dipaksa untuk membebankan biaya kepada konsumen, yang selanjutnya akan mendorong inflasi, yang sudah mendekati level tertinggi 40 tahun di 9,9%.

Semua ikan tangkapan lainnya, dihargai dalam dolar, dan biaya itu telah melonjak sejak bulan Juli, ketika pemerintah Inggris memberlakukan tarif 35% pada impor makanan laut Rusia sebagai bagian dari sanksi atas perang di Ukraina. Kekhawatiran Niazi tentang penurunan pound digaungkan oleh pengusaha lain seperti Sanjay Aggarwal, salah satu pendiri Spice Kitchen.

Spice Kitchen perusahaan yang berbasis di Liverpool menjual set hadiah campuran rempah-rempah India yang dikemas dalam kaleng baja dari produsen India. Kaleng dan pengiriman, dua biaya terbesar bisnisnya semua dihargai dalam dolar Amerika.

Di luar Inggris, dolar telah memukul banyak mata uang dunia lainnya, didorong oleh ekonomi AS yang berkinerja lebih baik daripada yang lain dan kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif menarik investor. Penguatan dolar juga telah mendorong euro di bawah paritas dan mengirim yuan China ke level terendah 14 tahun. Indeks Dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, telah melonjak 18% tahun ini.

“Saya tidak pernah membayangkan kita akan berada dalam kekacauan ekonomi separah ini,” ungkap Sanjay. (er/abcnews)