“Otak Atik Gatuk” Antara Ngawur dan Logika Sandiwara Melemahnya Rupiah 

Artikel ini dibuat oleh: Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)

KORANPELITA.CO – Kasihan bangsa Indonesia mempunyai menteri yang hanya suka bermain sandiwara, dengan judul pembodohan kepada masyarakat.

Kurs rupiah memang sempat menguat sedikit pada awal minggu ini. Menguat sedikit: tidak signifikan. Rupiah ditutup Rp16.375 pada Selasa lalu (25/6/24).

Penguatan kurs rupiah yang tidak signifikan ini kemudian didramatisir: seolah-olah kurs rupiah menguat karena penampilan bersama antara pemerintah (Airlangga Hartarto, Sri Mulyani) dengan Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo.

Penampilan bersama ini sesungguhnya merupakan jebakan kepada Tim Prabowo. Anehnya, Tim Prabowo mau saja tampil untuk menjadi aktor pendukung sinetron Jokowi, Airlangga dan Sri Mulyani.

Penampilan bersama ini sebenarnya hanya untuk mempertontonkan sinetron kepada publik, bahwa kurs rupiah anjlok akibat Prabowo mau menaikkan defisit lebih dari 3 persen dan rasio total utang menjadi 50 persen dalam 5 tahun.

Tim Prabowo kemudian bagaikan kerbau dicucuk hidungnya, mengikuti skenario Sri Mulyani dan Airlangga, untuk berjanji (memberi komitmen) taat terhadap ketentuan defisit anggaran. Artinya, Tim Prabowo dipaksa mengaku dosa, bahwa pelemahan kurs rupiah selama ini akibat ulah Prabowo ingin menaikkan defisit dan utang.

Kurs rupiah kemudian menguat, meskipun tidak signifikan, usai konferensi pers bersama.

Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, dan Bank Indonesia kemudian berteriak lantang. Nah kan, rupiah menguat setelah Prabowo tidak ugal-ugalan lagi dalam menentukan defisit anggaran.

Artinya, pelemahan rupiah selama ini karena kebijakan fiskal Prabowo tahun 2025.

Artinya, pelemahan rupiah selama ini bukan karena kegagagal ekonomi dan fiskal rezim Jokowi, Sri Mulyani, Airlangga Hartarto, atau Perry Warjiyo. Tapi karena kebijakan fiskal Prabowo tahun 2025.

Dalam hati, Sri Mulyani, Airlangga Hartarto dan Perry Warjiyo tertawa. Dalam hati mereka berkata, betapa mudahnya mengecoh Tim Prabowo, untuk cuci tangan atas kegagalan mereka.

Padahal, penguatan kurs rupiah pada awal minggu ini karena intervensi, atau artifisial: bukan natural.

Faktanya, kurs rupiah hari pada Rabu (26/6/24), kembali melemah, dibuka Rp16,442 per dolar AS.

Apakah Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto akan memanggil Tim Prabowo lagi untuk mengatasi merosotnya rupiah kali ini?. (*)