Luhut : 19 Negara Boleh Masuk ke Indonesia

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan

Jakarta, koranpelita.co – Pemerintah telah mengizinkan 19 negara untuk masuk ke Indonesia melalui pintu masuk yang telah ditentukan. Pembukaan Pintu Internasional Indonesia dan Perkembangan Obat COVID-19 Per tanggal 14 Oktober lalu.

Hal itu disampaikan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut menegaskan bahwa pemilihan kesembilan belas negara tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang berdasarkan standar Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Selain itu, pembukaan juga dilakukan dengan mengedepankan prinsip resiprositas.

“ke 19 negara tersebut dipilih dengan mempertimbangkan jumlah kasus dan tingkat positivity rate yang rendah berdasarkan standar WHO. Tapi bila mereka belum membuka ke kita, karena kita resiprokal mereka pun nanti tidak tertutup kemungkinan akan kita drop dari list 19 negara itu,” ujarnya.

Baca Juga :Evaluasi PPKM di Blitar, Situasi Pandemi Rendah Tetap Terkendali

Lebihlanjut Menko Marves mengatakan, pemerintah akan melakukan evaluasi berkala terkait pembukaan pintu internasional ini.

“Presiden juga mengingatkan kepada kami agar terus melakukan evaluasi tiap minggunya agar dapat memitigasi dampak buruk dari pembukaan pintu masuk terhadap 19 negara tersebut,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Menko Marves juga menyampaikan bahwa sebagai bagian dari usaha untuk dapat segera mengatasi pandemi, pemerintah terus mengupayakan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan untuk penanganan COVID-19.

“Pemerintah saat ini juga terus menjajaki beberapa alternatif obat COVID-19. Saya saat ini bersama dengan Menteri Kesehatan sedang berada di Amerika Serikat untuk melakukan pertemuan dengan Merck mengenai (obat) Molnupiravir,” ungkapnya.

Selain Molnupiravir, pemerintah juga sedang mempertimbangkan kemungkinan penggunaan dua obat lainnya, yaitu AT-527 dari Roche & Atea Pharmaceuticals serta Proxaludetamide produksi Suzhou Kintor Pharmaceuticals.

“Ketiga obat tersebut menunjukkan potensi untuk menjadi obat COVID-19. Namun saya dapat sampaikan bahwa kita tidak ingin hanya sekadar menjadi pembeli, kita harapkan menjadi produsen obat tersebut, melakukan kerja sama, dan melakukan investasi dan produksinya di Indonesia,” tandas Luhut. (Ozet/hms)