koran pelita
Beranda Ekonomi dan Bisnis Meski Dolar Ngamuk Rupiah Terpuruk, Jokowi Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi di...

Meski Dolar Ngamuk Rupiah Terpuruk, Jokowi Klaim Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi di G20

Tangkapan Layar – Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri sebuah paparan ekonomi 2023 di Jakarta, Kamis (29/9/2022). ANTARA/Indra Arief.
Jakarta, koranpelita.co- Nilai tukar dolar AS terus menguat dan menekan nilai tukar rupiah. Dari data Reuters terakhir dolar AS tercatat Rp 15.244. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan ada beberapa sentimen yang menyebabkan menguatnya dolar AS.

Dari sisi eksternal pasar keuangan yang khawatir dan gelisah mendorong safe-haven dolar ke puncak baru dua dekade pada hari Rabu karena kenaikan suku bunga global memicu kekhawatiran resesi.

“Kenaikan dolar AS tanpa henti terjadi karena benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 4%,” kata Ibrahim, Rabu lalu.

Namun di tengah gejolak rupiah yang terus ditekan dolar,  Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara negara dan kawasan anggota forum G20 yang mengindikasikan pemulihan di Tanah Air terus berjalan.

“Jadi kalau saya disuruh memperkirakan kuartal II bisa tumbuh 5,44 persen (year on year/yoy), coba dicari negara G20 yang tumbuh di atas lima persen. Kita ini tertinggi loh di G20,” kata Presiden Jokowi saat menghadiri sebuah paparan ekonomi 2023 di Jakarta, Kamis (29/09/2022).

Dengan pencapaian itu, Presiden mengajak seluruh pihak optimistis untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Indonesia. Dia mengakui Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak mudah, namun selalu terdapat jalan untuk mengatasi setiap masalah.

“Yang kita hadapi bukan barang gampang, bukan mudah tapi harus tetap optimis,” kata dia seperti diberitakan Antara.

Jokowi menjelaskan saat ini kondisi ekonomi global sedang sulit. Tantangan ekonomi juga dihadapi oleh negara-negara maju seperti masalah ketahanan pangan, krisis energi hingga gejolak finansial.

Namun, menurut Jokowi, Indonesia tetap mampu menjaga pemulihan ekonomi yang sedang berjalan. Tren pemulihan di Indonesia masih nisbi kuat.

Beberapa indikator pemulihan ekonomi Indonesia, Jokowi menjelaskan, antara lain, pendapatan negara yang telah tumbuh 49 persen atau Rp1.764 triliun, dengan di antaranya adalah penerimaan pajak hingga Rp1.171 triliun atau bertumbuh 58 persen.

“Penerimaan bea dan cukai Rp206 triliun atau tumbuh 30,5 persen, tumbuhnya sangat melompat. Kemudian realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp386 triliun atau tumbuh 38,9 persen,” papar dia.

Selain itu, optimisme konsumen juga masih tinggi karena Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) tercatat di 124,7. Kredit perbankan juga telah tumbuh hingga 10,7 persen. Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus dalam 28 bulan berturut-turut yakni sebesar 5,7 miliar dolar AS.

“Ini gede banget loh angka ini surplus-nya. PMI (Prompt Manufacturing Index) manufaktur kita angkanya 51,7 di atas global,” tutur Presiden Jokowi. (zis)